Tips & Triks

Bersepeda Tanpa Gangguan Ereksi

Bersepeda bukan cuma soal menggoes pedal. Jika dilakukan dengan tepat, wuaah enaknya, bisa menjadi olahraga sekaligus rekreasi. Namun hati-hati. Jika tekniknya keliru, bisa-bisa bikin berabe ‘urusan ranjang’ kaum lelaki.

Anda pasti ingat, dulu sekali, generasi kakek-nenek kita kerap menggunakan sepeda pancal alias sepeda onthel sebagai alat transportasi. ‘Guru Oemar Bakri’, yang bermodal sepeda kumbang, pun melaju di jalanan berlubang, berangkat ke sekolah untuk mengajar ilmu pasti.

Mengayuh pedal tak lagi identik dengan berangkat kerja dan rutinitas resmi lainnya, tapi olahraga, dan belakangan rekreasi. Banyak orang menggenjot sepeda roda dua untuk membakar kalori, menurunkan berat badan, mengecilkan perut buncit, atau merampingkan lingkar pinggang yang tidak mau diajak kompromi.

Dulu perut saya gendut. Tapi kini setelah rajin bersepeda, enggak gendut lagi, aku Dasuki sambil menunjukkan perutnya yang oke punya. Wiraswastawan yang tinggal di Depok itu menambahkan, Sekarang, kalau enggak sepedaan, badan malah rasanya enggak enak, pegel-pegel gitu. Dasuki jelas tidak sedang melebih-lebihkan pengakuannya.

Sebagai olahraga, bersepeda memang bisa diandalkan. Ia punya dua fungsi sekaligus, endurance dan strength training, kata dr. Nani Cahyani Sudarsono, Sp.KO, pengajar pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Kalau sudah pakar yang berbicara, berarti Dasuki tak membual to.

Two in one
Berdasarkan fungsinya, olahraga dibagi menjadi dua kelompok besar.
Kelompok pertama, olahraga yang melatih ketahanan jantung dan paru-paru. Ini biasanya disebut olahraga endurance. Contoh paling gampang yaitu senam aerobik, joging, dan jalan kaki. Latihan-latihan ini masuk kategori endurance karena membakar kalori dengan disertai peningkatan aktivitas jantung memompa darah, serta aktivitas paru-paru menyuplai oksigen.

Kelompok kedua. Olahraga yang melatih otot-otot tertentu. Biasanya dikenal sebagai strength training. Contohnya, latihan mengangkat dambel. Fokus latihan ini otot-otot lengan.

Kalau ditimbang-timbang menurut pengelompokan itu, kegiatan bersepeda jelas masuk kategori keduanya. Soalnya, dengan mengayuh pedal, vaskularisasi dan oksigenasi meningkat. Jantung pun memompa lebih aktif, paru-paru bekerja lebih giat. Di samping itu, saat menggenjot pedal dengan kuat, otot-otot paha dan sekitarnya juga bisa sekaligus terlatih.

Kalau misalnya jalannya santai dengan kecepatan sedang di tempat yang datar, artinya kita sedang melatih daya tahan jatung, paru-paru. Tapi kalau lewat jalan menanjak. kita kan butuh kekuatan ekstra. Ini bisa berfungsi sebagai strength training, papar Nani. Hanya saja, Nani setuju, otot yang dilatih terbatas pada otot paha dan sekitarnya saja. Kalau mau ngelatih otot lengan, ya kurang optimal, timpalnya.
Selalu pegang kendali

Selain kelebihan itu, menurut Nani, bersepeda juga termasuk latihan aerobik kendali yang relatif mudah dikendalikan. Maksud urusan kendali ini tak ada sangkut-pautnya dengan kemampuan mengendalikan setang alias kemudi sepeda.

‘Mudah dikendalikan’ itu artinya intensitas latihan bisa diatur sesuai kebutuhan. Misalnya, jika merasa terlalu enteng, Anda bisa meningkatkan kecepatan kayuhan pedal. Jika sudah ngos-ngosan, Anda bisa memperlambat sesuai kebutuhan. Ini berbeda, misalnya, dengan senam aerobik. Meskipun capek, biasanya pesenam tetap mengikuti apa pun yang dilakukan instrukturnya. Termasuk saat instrukturnya melompat-lompat. Mau tak mau, ya harus mau.

Itu sebabnya, pesenam sulit mengendalikan intensitas latihan. Pada olahraga bersepeda, dijamin hal seperti itu tidak terjadi. Pesepeda bisa mengatur intensitas genjotan kapan saja mau. Meski demikian, masih menurut Nani, pesepeda harus tetap mengikuti aturan umum dalam berolahraga: harus dimulai dengan pemanasan dan diakhiri dengan pendinginan.

Saat baru mulai, jangan langsung pakai kecepatan tinggi. Begitu pula kalau sudah selesai, jangan langsung berhenti, tapi kurangi kecepatan sedikit demi sedikit, sarannya. Dasuki sependapat dengan aturan ini. Sebelum bersepeda, kita biasanya stretching otot dulu. Kalau enggak pemanasan dan langsung lewat tanjakan, kadang mata bisa berkunang-kunang, kadang paha atau betis sampai kram,” katanya.

Akali disfungsi ereksi

Exercise is medicine, kata para ahli kesehatan olahraga. Apa pun jenisnya, olahraga biasanya dianjurkan oleh para dokter buat mereka yang punya masalah di tempat tidur. Bukan hanya masalah sulit tidur (insomnia), tetapi juga masalah sulit ‘bangun’ (disfungsi ereksi) pada lelaki.

Namun, untuk urusan yang terakhir ini, para pesepeda sebaiknya berhati-hati. Pasalnya, bentuk sadel yang tidak bersahabat buat selangkangan ditengarai bisa menimbulkan masalah disfungsi ereksi. Nah, lo!

Masalah ini sebenarnya sudah lama menjadi bahan diskusi para ahli kesehatan olahraga. Tahun 2002, National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) Amerika melakukan penelitian terhadap para polisi yang berpatroli dengan naik sepeda. Hasilnya, desain sadel yang tidak ramah perineum diduga bisa menurunkan kemampuan ereksi.

Perineum itu daerah pangkal paha yang menjadi rute pembuluh darah menuju penis. Penjelasannya sederhana. Saat nangkring di atas sadel, pembuluh di wilayah perineum tertekan, sehingga sirkulasi darah terganggu. Jika berlangsung lama dan terus-menerus, kondisi ini bisa menyebabkan suplai darah ke penis berkurang.

Akibatnya, ‘Pake Tole’ jadi ogah-ogahan jika diajak bekerja giat. Meski demikian, para pesepeda tak perlu khawatir. Para ahli sepakat, penyebab timbulnya masalah ini bukan kegiatan bersepedanya, melainkan caranya. Problem seksual ini diyakini tidak akan timbul, asalkan pesepeda mematuhi prosedur dan cara bersepeda yang baik.
Aturannya, sadel tak boleh terlalu keras. Desainnya juga sebaiknya punya bagian lubang di tengah untuk menjaga agar daerah perineum tidak terlalu tertekan. Selain itu, NIOSH juga menyarankan pesepeda untuk mengangkat pantat setiap beberapa saat tertentu, misalnya tiap 10 menit. Tujuannya, memberi kesempatan sirkulasi darah yang macet agar bisa mengalir.

Untuk menghindari timbulnya masalah, Nani memberikan resep sederhana, Jika timbul rasa tidak nyaman, apalagi sampai baal di daerah itu, berarti ada yang tidak beres, bilangnya. Dasuki pun sependapat. Saya juga pernah dengar masalah ini. Makanya, saya pakai sadel yang bolong di tengah. Sepeda saya juga punya per di batang joknya. Sejauh ini saya enggak punya masalah apa-apa, katanya.

Asyik sambil rekreasi

Dengan semakin banyaknya pilihan, kini bersepeda tak selalu harus di jalanan. Dengan sepeda statis, mengayuh pedal di dalam rumah pun oke.

Dalam urusan melatih ketahanan jantung dan paru-paru, manfaat bersepeda statis relatif sama dengan bersepeda luar ruang.
Meski demikian, menurut Nani, keduanya tetap punya perbedaan. Perbedaan pertama, bersepeda statis tidak melatih keseimbangan. Padahal keseimbangan itu unsur yang sangat penting dalam kesehatan. Apalagi jika umur semakin menua, tandasnya.

Perbedaan kedua, bersepeda luar ruang juga melatih otot lengan, sementara bersepeda statis tidak. Boro-boro melatih lengan, banyak yang bersepeda sambil tangannya berlenggang kangkung. Malah ada yang sambil baca majalah. Karena itu, kalau mau melatih keseimbangan dan fleksibilitas, bersepeda statis saja tidak cukup. Harus ditambah dengan senam, saran Nani.
Selain itu, bersepeda luar ruang juga memiliki unsur rekreasi. Saya pilih bersepeda karena ada unsur fun-nya. Kebetulan saya suka adventure, kata Dasuki. Masuk akal. Bagi mereka yang hidup di kota, unsur petualangan alam merupakan daya tarik tersendiri.

Awalnya cuma dua-tiga orang tetangga yang ikut. Sekarang anggotanya sudah 20-an orang, imbuhnya. Kini Dasuki dan kawan-kawannya menamai ‘organisasi tanpa bentuk’ yang mereka dirikan itu Biking Adventure Demasiti.

Waktu itu rutenya masih dekat-dekat rumah. Kebetulan kita sama-sama suka adventure, jadi sekarang rutenya jauh-jauh, ke Sawangan, Parung, Cinere, Sentul, Gunung Putri, bahkan kadang ke Puncak. Kalau jaraknya jauh, kita berangkat naik mobil pick-up. Sepedanya dinaikin mobil. Sampai di sana, kita baru turun, tambahnya.

Pokoknya, enaklah. Ada tantangannya. Bisa ngeliat alam, ngelintasin sawah, lewat tanjakan, nyebrang kali. Udaranya juga masih segar. Masih banyak pohon. Musim hujan pun kita masih main. Lebih seru, ujarnya bersemangat. Dasuki mengaku tak suka dengan rute jalan beraspal.
Rute kita 70% di jalanan tanah, bukan di aspal. Kalau lewat jalan aspal, asapnya bikin enggak kuat. Kita juga sudah tahu tembusnya ke mana. Enggak seru lagi, dan cepet capek. Kalau lewat pedalaman, adrenalin kita terpacu. Enggak kerasa, tahu-tahu sudah tembus di tempat tak terduga. Kita sering pulang enggak tahu jalan. Pokoknya, jalan aja, main tebak, tambahnya sembari terkekeh.

Saking serunya, Dasuki mengaku selalu menunggu-nunggu datangnya hari Minggu. Semboyannya, I really love Sunday! Maklum, di hari itulah ia bersama gengnya bertualang ke daerah pedalaman.
Karenanya rutenya off-road, Dasuki mengaku pernah mengalami kecelakaan ringan. Makanya, kita mewajibkan anggota pakai pelindung. Paling tidak, helm sama kacamata sport, sambungnya. Olahraga memang penting, tapi keamanan pada saat olahraga tak kalah penting.

Kata Dasuki, di daerah Jabodetabek terdapat banyak perkumpulan sepeda seperti paguyuban yang ia dirikan. Biasanya, mereka membentuk sub-sub komunitas lebih kecil berdasarkan daerah tempat tinggal.

Di tengah jalan, kita sering ketemu. Biasanya, kita kenalan, dan saling tukar info, sambungnya, seraya untuk kesekian kalinya menambahkan, Pokoknya, seru dah!

Sumber: kompas.com

http://dalasbali.com/biker/home/35-artikel/68-bersepeda-tanpa-gangguan-ereksi.html

——————————————————————————————————————————————————-

 

Bersepeda, cara murah dan mudah untuk sehat dan langsing

 

March 23, 2008

Mengayuh Sepeda, Kuatkan Jantung Riangkan Hati

Femi Adi Soempeno, Dwin Gideon Sitohang, posted by kontan on 03/11/08

BICYCLE… bicycle…
I want to ride my bicycle
I want to ride it where I like…

Seperti lagu Queen ini, bagi banyak orang, bersepeda sangatlah menyenangkan. Menjejakkan kaki pada pedal, menggowesnya dan merasakan hembusan angin yang menyapu wajah. Rasanya? Aih, jangan ditanya! Bukan hanya bisa mengantongi angin, tapi juga bisa melambaikan tangan pada siapa yang lewat. Termasuk pada pengendara mobil yang terjebak macet di jalanan ibukota. Padahal, roda transportasi ini hanya digerakkan dua dengkul serta dua roda alias 2 x 2 yang tak berhenti menggelinding.
World Health Organization (WHO) mencatat kegiatan bersepeda sebagai aktivitas yang murah dan cocok untuk menjaga kesehatan. Sebuah studi di Denmark tahun 2000 juga mencatat, bersepeda bisa menurunkan angka kematian hingga 40%.
Banyak cara bersepeda. Mulai bersepeda statis di pusat kebugaran sampai mengelilingi kompleks perumahan. Lebih dari itu, ada yang sengaja bersepeda dari rumah ke kantor, dan sebaliknya. “Apapun itu, bersepeda adalah bagian olahraga,” ujar Afriwardi, Staf Pengajar Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Sebab saat bersepeda, otot tungkai dan paha bergerak. Efeknya akan menguatkan kardiovaskuler, persis seperti lari maupun berenang.

Jantung sehat, paru-paru giat

Bersepeda sebagai latihan fisik bisa memacu denyut jantung sesuai target. Fungsinya sebagai latihan yang meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru akan lebih optimal. Hitungannya, target denyut jantung biasanya hingga memenuhi angka 60%-85% dari 220 dikurangi usia. Misalnya, usia Anda 30 tahun, berarti target denyut jantung adalah 60% dari 190, yaitu 114 denyut per menit.
Tidak ada batasan usia menggenjot sepeda. Mereka yang dilarang mengayuh sepeda adalah yang memiliki gangguan neurologi seperti pandangan dan koordinasi. “Kalau keseimbangan jelek, konsentrasi jelek, reflek jelek, sebaiknya tidak naik sepeda,” saran Junaidi, Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Jakarta yang sekaligus Ketua Komisi Kesehatan KONI DKI. Pasalnya, untuk mengerem memerlukan reflek. Itu sebabnya mereka yang memiliki tiga kelemahan itu dianjurkan menggunakan sepeda statis.
Organ yang akan terpengaruh dalam latihan bersepeda adalah jantung dan paru-paru. Adapun otot yang dilatih adalah otot tungkai, lengan, perut, dan punggung. Biar otot-otot itu terasah dengan baik, Afriwardi menyarankan agar Anda bersepeda setidaknya tiga kali dalam seminggu. “Sekali bersepedasebaiknya 30 menit hingga 1 jam,” katanya. Untuk mengurangi berat badan, membutuhkan waktu lebih dari 45 menit bersepeda. Soalnya kalau sebentar, lemak tubuh tidak terbakar.
Stamina tubuh juga bakal lebih fit jika Anda rutin menggowes sepeda. Otot kaki akan lebih kuat dan kokoh, terutama quadricepcalf. Dengan mengayuh pedal, vaskularisasi dan oksigenasi meningkat. Jantung pun memompa lebih aktif, paru-paru bekerja lebih giat. Otot-otot paha dan sekitarnya juga bisa sekaligus terlatih.
Rutin menggenjot sepeda, juga bisa mengurangi risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, rapuh tulang, lemah dan kaku otot, serta obesitas. Bila dilakukan secara teratur, bersepeda akan memperlancar peredaran darah dan membakar lemak. Hitungannya, satu jam bersepeda dengan kecepatan 21 km/jam dapat membakar lemak 612 kalori.
Bersepeda santai dengan kecepatan sedang di tempat datar, artinya Anda sedang melatih daya tahan jatung, paru-paru. Bila jalanan sudah mulai menanjak, Anda bakal butuh kekuatan ekstra. Nah, ini bisa berfungsi sebagai strength training. Hanya saja, otot yang dilatih terbatas pada otot paha dan sekitarnya saja.
Secara mental, menggowes sepeda bisa membuat hati lebih bahagia, mengurangi depresi, plus menumbuhkan rasa sportivitas. Khusus untuk perempuan, bersepeda dapat mereduksi keluhan menjelang datang bulan.
Mantap, kan?

dari : kontan-harian.com

Tinggalkan komentar